Template by:
Free Blog Templates

Jumat, 13 Juli 2012

lelah

lelah

Aku Terdiam Membisu Terpaku..
Mata Memandang Kosong Dan Tak Ber-Arti..
Aku Terjerat Di Relung Hatimu..
Yang Takkan Pernah Bisa Terlepaskan..

Lelah Ku Berharap Semua Kan Berubah..
Tak Seperti Yang Ku Inginkan..
Lelah Ku Memohon Semua Tak Berubah..
Tak Seperti Yang Terfikirkan..
Setelah Tersadar Dari Sisa Lelap Tidur Ku..
Ku Merasakan Hal Yang Takkan Pernah Kembali..
Di Balik Cerita Yang Takkan Pernah Terulang..
Dan Ku Mengetahui Semuanya Telah Sirna..

By Burning Of My Self

KISAH SEDIH


Takkan pernah lelah ku untuk mencintai
Dan takkan pernah lelah ku untuk dicintai
Walau hatiku merintih perih menjerit
Menanti harapan yang datang dan tak pasti

Jujur ku akui berartinya dirimu
Walau kau tak pernah hadir dalam mimpiku
Saat ku coba berpaling lepas dari bayangmu
Ku tak pernah bisa
 Takkan pernah bisa

Berhenti menangis
Berhenti sesali 
Aku kan ada
walau jauh disana
nanti dirimu yang kini menghilang

Berhenti menangis
Berhenti sesali
Berhenti menangis

Aku kan ada
walau jauh disana
nanti dirimu yang kini menghilang

by  closehead

Senin, 02 Juli 2012

Makalah Manusia Sebagai Makahluk Budaya


DAFTAR ISI

          DAFTAR ISI ……………………………………………………...
          KATA PENGANTAR ……………………………………………..

          BAB I                
PENDAHULUAN…………………………………………
                   1.1        Latar Belakang……………………………………………….
                   1.2        Maksud dan Tujuan…………………………………………..
              1.3         Rumusan Masalah……………………………………………
                   1.4        Metode Penulisan…………………………………………….
                                                BAB II       
               ISI……………………………………………………………………….
               2.1         Teori Dari Berbagai Sumber…………………………………….
               2.2         Pembahasan………………………………………………….....


BAB  III        
             PENUTUP…………………………………………………………………
             3.1         Kesimpulan………………………………………………………..
             3.2         Daftar Pustaka…………………………………………………….





Kata Pengantar
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat karuniaNya yang diberikan kepada kita semua. Penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas ilmu sosial dasar yang berjudul “Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya”.
Penulisan makalah ini adalah merupakan salah satu tugas mata kuliah ilmu sosial dasar di Universitas Gunadarma.
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna merupakan makhluk yang memiliki budaya. Manusia dapat menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Kebudayaan itu merupakan  warisan sejarah kehidupan manusia yang dapat berkembang dan dikembangkan melalui sikap-sikap budaya yang mampu mendukungnya.
Secara garis besar, makalah ini akan membahas manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan memiliki adat istiadat.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan tugas makalah ini.



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
 Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena memiliki akal dan budi. Manusia sebagai mahkluk sosial juga menciptakan budaya mereka masing-masing sebagai ciri khas dan warisan turun-temurun. Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat terkait satu sama lain.
Dalam makalah ini akan membahas mengenai pengertian-pengertian dasar tentang manusia dan kebudayaan. Pada hakekatnya manusia sama saja dengan makhluk lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan kesadarannya. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan yang dimiliki manusia dibandingkan dengan makhluk lain. Letak perbedaan antara manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam melahirkan sebuah kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang menciptakan dan memilkinya sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif. Atau yang kita bisa sebut sebagai insting.
1.1  Maksud dan Tujuan
 Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian manusia sebagai makhluk berbudaya. Membahas kasus studi tentang manusia dan berbagai budaya yang diciptakannya. Dan memberikan informasi tentang budaya-budaya yang berkembang di lingkungan masyarakat.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam makalah ini seperti:
  1. Apa saja definisi dari manusia sebagai makhluk berbudaya
  2. Hubungan Manusia dengan Akal pikiran, Jasmani dan Rohaninya.

1.3  Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode pustaka yaitu penulis menggunakan media pustaka dalam penyusunan makalah ini. Dengan menyebutkan berbagai sumber untuk penulisan makalah ini.



BAB II
ISI 
 2.1Teori Dari Berbagai Sumber
1.      Apa saja definisi dari manusia sebagai makhluk berbudaya
Manusia adalah mahluk yang luar biasa kompleks. Kita merupakan paduan antara mahluk material dan mahluk spiritual. Dinamika manusia tidak tinggal diam karena manusia sebagai dinamika selalu mengaktivisasikan dirinya
                Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna merupakan makhluk bebudaya. Manusia dapat menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Kebudayaan merupakan perangkat yang ampuh dalam sejarah kehidupan manusia yang dapat berkembang dan dikembangkan melalui sikap-sikap budaya yang mampu mendukungnya.
Kata budaya merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan rasa. Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan kata kebudayaan, yang berasal dari Bahasa Sangsekerta budhayah. Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Berbudaya, selain didasarkan pada etika juga mengandung estetika di dalamnya. Etika disini menyangkut analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Sedangkan estetika menyangkut pembahasan keindahan, yaitu bagaimana sesuatu bisa terbentuk dan bagaimana seseorang bisa merayakannya.

Manusia Sebagai Makhluk Budaya
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna bila dibanding dengan makhluk lainnya, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk mengelola bumi. Oleh karena itu manusia harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan kepemimpinannya di muka bumi disamping tanggung jawab dan etika moral harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan tanggung jawab agar bermakna bagi kemanusiaan. Selain itu manusia juga harus mendayagunakan akal budi untuk menciptakan kebahagiaan bagi semua makhluk Tuhan.


            2.  Hubungan Manusia dengan Akal pikiran, Jasmani dan Rohaninya.
Akal adalah suatau oeralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk membedakan yang salah satu dan yang benar serta menganalisi sesuatu yang kemampuannya tergantung pengalaman dan tingkat pendidikan pemiliknya. Akal berfungsi untuk mengigat, menyimpulkan, menganalisa, menilai apakah sesuai benar atau alah.
Jasmani adalah berhubungan dengan kesehatan dan rekreai fisik, yang memberi kesanggupan untuk menjalankan hidup yang produktif dan dapat menyesuaikan diri pada tiap pembeda fiik yang layak.
Rohani adalah sesuatu hal yang berasa diatas moral. Rohani dikaitkan dengan hati, kalbu, jiwa, mental, fikiran dan sebagainya yang mewujudkan sebagai suatu unsur peribadi manusia yang paling unik yang tidak dapat dilihat oleh pancaindera. Tetapi gejala dalam kerjanya dapat dirasakan misalnya: menangkap dan menyimpan pengertian, mengingat, berfikir, berkemahuan, rindu, sedih, gembira dan sebagainya.  Jika seseorang sehat rohaninya ia akan memiliki kemampuan beramal yang tinggi, gairah bekerja dan bersemangat untuk maju dalam kebaikan. Sebaliknya orang yang mengidap penyakit rohani akan memperlihatkan kemundurannya dalam kemampuan bekerja, hilang gairah dan semangatnya untuk maju. Yang menonjol hanyalah kelemahan dan kemalasan.


2.1Pembahasan

               Mengenai budaya kekerasan, menarik apa yang disampaikan James Q. Wilson dan George Kelling dengan teorinya “broken windows”. Wilson dan Kelling berpendapat, bahwa kriminalitas merupakan akibat tak terelakkan dari ketidak teraturan. Diilustrasikan dengan sebuah jendela rumah pecah dan dibiarkan saja, siapapun yang lewat cenderung menyimpulkan bahwa rumah itu tidak ada yang peduli serta rumah itu dianggap tidak berpenghuni. Dalam waktu singkat akan ada lagi jendelanya yang pecah, dan akhirnya berkembang menjadi anarkhi yang menyebar ke sekitar tempat itu. (Malcolm Gladwell; 2003).
Memakai teori “broken windows” Wilson dan Kelling, untuk melihat kasus-kasus kekerasan yang terjadi belakangan ini, dapat memberikan pengertian bahwa setiap aksi kekerasan selalu saja berbuntut dan berulang dalam waktu yang tidak lama. Sangat mudah menyebar dan cepat menjalar terjadi di daerah-daerah lain. Persis sama dengan kasus penyerangan anggota JAI, yang dimulai dari kasus Cikeusik, selang waktu tidak lama juga terjadi di Temanggung. Tidak lama kemudian kasus yang sama juga terjadi di Bangil Pasuruan, tetapi kali ini bukan JAI, melainkan Pesantren YAPI.
Kasus kekerasan yang telah berkembang dan mendarah daging dalam lingkungan masyarakat kita patut untuk diwaspadai. Karena masyarakat kita telah latah atau ikut-ikutan menuruti hawa nafsu mereka tanpa mereka pikirkan dengan masak-masak.
 Jika ingin menyelesaikan persoalan janganlah menggunakan sistem kekerasan karena ini dapat menimbulkan banyak masalah dan berdampak buruk bagi masyarakat.
Pemerintah dapat mengurangi aksi kekerasan jika ketat mengawasi massa yang bertindak anarkis serta memberikan Peace Education untuk memberi kesadaran kepada masyarakat bahwa cara terbaik untuk mencari solusi atas masalah dengan jalan damai tanpa menggunakan jalan kekerasan yang akhirnya memberi kerugian pada semua masyarakat.
Masyarakat akan jauh senang menerima tindakan baik dan damai sehingga tidak ada lagi perselisihan antara kubu masyarakat.





BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna merupakan makhluk yang memiliki budaya. Manusia dapat menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Kebudayaan merupakan warisan yang ampuh dalam sejarah kehidupan manusia yang dapat berkembang dan dikembangkan melalui sikap-sikap budaya yang mampu mendukungnya dengan baik.
Kata budaya merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan rasa. Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan kata kebudayaan, yang berasal dari Bahasa Sangsekerta budhayah. Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Berbudaya, selain didasarkan pada etika juga mengandung estetika di dalamnya. Etika disini menyangkut analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, serta tanggung jawab. Sedangkan estetika menyangkut pembahasan keindahan, yaitu bagaimana sesuatu bisa terbentuk dan bagaimana seseorang bisa merasakannya.





DAFTAR PUSTAKA



http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2272640-pengertian-manusia-sebagai-makhluk-budaya/
http://riohalik.wordpress.com/2011/03/13/makalah-ilmu-sosial-dasar-manusia-dan-akal-pikiran-jasmani-dan-rohani/
http://tugas-mrhanz25.blogspot.com/2011/02/manusia-sebagai-makhluk-budaya.html